Bookmarks

Senin, 13 Oktober 2014

Stikes St.Vicentius A Paulo

Stikes St. VINCENTIUS A PAULO surabaya
Logi Stikvinc
            Sejarah STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo ( STIKVINC) seiring dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Perdirinya STIKVINC bermula menanggapi akan kebutuhan pelayanan pada masyarakat yang menderita sakit di Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo (RKZ) untuk membantu pelaksanan pelayanan. Maka para Suster Misi Abdi Roh Kudus (SSpS) menanggapi kebutuhan tersebut dengan mendirikan Sekolah Pembantu Perawat pada Januari 1954 sambil menunggu ijin untuk mendirikan sekolah perawat.
Pada 8 bulan berikutnya barulah mendapat ijin untuk pendirian sekolah perawat yang pada waktu itu disebut Pengatur Perawat hingga tahun 1981. Pendidikan ini dari pendidikan dasar SMP ditambah 3 tahun pendidikan Pengatur Perawat. Selain itu pada tahun 1956-1961 dibuka Pendidikan Pengamat Kesehatan Berijasah C pendirian ini dimaksudkan agar pelayanan perawatan sehari hari memiliki pengetahuan yang cukup dan trampil, dengan pendidikan dasar SMP ditambah 2 tahun pendidikan Pengamat Kesehatan C. Pada tahun 1958-1961 karena tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan yang meningkat sehingga pendidikan pembantu perawat yang semula dari SD ditambah pendidikan 2 tahun berubah dari SMP ditambah 1 tahun pendidikan sebagai juru kesehatan sehingga mereka mempunyai bekal dasar perawatan dengan gelar juru Kesehatan.
Juru kesehatan ini juga bisa melanjutkan ke Pengamat Kesehatan dengan menambah pendidikan 2 tahun. Pada Tahun 1961 – 1981 membukan pendidikan bidan pendidikan ini bertujuan untuk menolong masyarakat kecil dan terlantar (Ibu dan Anak melalui BKIA) Pendidikan bidan ini dari Pengatur perawat ditambah 2 tahun pendidikan bidan atau dari SMA ditambah pendidikan 2 tahun kebidanan.
Pada tahun 1980-1990 Pendidikan Pengatur rawat dikonversi menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) hal ini berdasar atas kebijakan pemerintah bahwa perawat lebih mengarah pada pelayanan tidak hanya pelayanan di rumah sakit tetapi pelayanan komunitas sehingga secara otomatis mengubah kurikulum dan metode pengajaran pendidikan perawat , dimana metode yang digunakan pada saat itu adalah “Learning By Doing“dan mulai praktek komunitas bagi para siswa. Pada tahun 1987 – 2005 menjadi Akademik Keperawatan (AKPER) sesuai kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan perawat di pelita V (Lima)
SK Pendirian AKPER No : 867/MENKES/SK/XI/1986. Pada tahun 1989 sampai 1997 membuka program Pendidikan Bidan kembali guna memenuhi kebutuhan masyrakat akan kesehatan Ibu dan Anak. Tahun 2006 sampai sekarang menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) merupakan pengembangan dari AKPER dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 103/D/O/2006 tentang pemberian ijin penyelenggaraan program studi keperawatan S1, dan kini telah memiliki 3 prodi sudah terakriditasi oleh BAN.PT yaitu prodi S1 Keperawatan No. SK : 025/BAN-PT/AK-XIII/S1/XI/2010, Prodi D3 Keperawatan No. SK : 009/BAN-PT/AK-XI/Dpl-III/VIII/2012, Prodi D3 Fisioterapi No. SK : 004/BAN-PT/AK-XII/Dpl-III/V/2012, dan telah mendapat ijin penyelengaraan program profesi sebagai kelanjutan dari S1 Keperawatan No: 145/E/O/2012. Kini STIKES berada dibawah naungan yayasan Pendidikian Kesehatan Arnoldus. STIKVINC telah meluluskan 2686 tenaga kesehatan yang kini tersebar baik dalam negeri maupun luar negeri.

     Ø  S1 KEPERAWATAN
Program Studi S1 Keperawatan membekali mahasiswa dengan ilmu keperawatan yang memiliki keunggulan Keperawatan Kritis yang saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang merupakan paspor untuk bekerja pada lembaga kesehatan yang bertaraf nasional baik didalam maupun diluar negeri.

Apa saja yang dipelajari di S1 Keperawatan ?
mata kuliah diprogram studi D3 Keperawatan meliputi kelompok mata kuliah :
     1.      Keperawatan Dasar :

       Ilmu dasar keperawatan, Ilmu Keperawatan Dasar.

     2.      Keperawatan Spesifik :
       Sistem Kardiovaskuler, Sistem Respirasi, Sistem Imun dan Hematologi, Sistem Neurobehaviour, Sistem Sensori Persepsi, Sistem Reproduksi, Sistem Perkemihan, Perawatan Komunitas, kegawatdaruratan sistem, manajement keperawatan. 

Fasilitas :
       Laboratorium Anatomi Fisiologi, Laboratorium Kebutuhan dasar manusia, Laboratorium  Keperawatan anak, Laboratorium Keperawatan Maternitas, Laboratorium Keperawatan Kritis, Laboratorium Keperawatan Bedah, laboratorium Keperawatan jiwa, Laboratorium Komunitas dan Keluarga, Laboratorium Bahasa, laboratorium Komputer, Ruang Diskusi, Ruang Perpustakaan yang dilengkapi dengan buku-buku yang menunjang

Prospek Lulusan :
       Banyak lembaga/RS yang memesan lulusan sebelum mahasiswa dinyatakan lulus, waktu tunggu lulusan untuk memperoleh pekerjaan yang pertama kurang dari 3 bulan, alumni yang lulus dapat bekerja di rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, klinik, laboratorium, home care, lembaga pendidikan dan penelitian, dinas kesehatan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), Pelayanan kesehatan masyarakat.

status :
TERAKREDITASI (025/BAN-PT/Ak-XII/S1/XI/2010)

lama studi :
sarjana keperawatan (S.Kep)
8 Semester - 4 tahun (150 SKS)
Pendidikan Profesi Keperawatan (Ns)
2 Semester - 1 Tahun (36 SKS)
(setelah menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan)

Persyaratan Masuk S1 Keperawatan
  1. Pria/Wanita, Warga Negara Indonesia (WNI)
  2. Lulus SMA/SMU Semua Jurusan & SMK Kesehatan
  3. Berbadan Sehat, Tidak Buta Warna, Tidak tuna Fisik
  4. Tinggi badan Minimal :
    • Pria : 155cm
    • Wanita : 150cm
  5. Mengikuti Seleksi Test Tulis, Kesehatan & Psikotest
    • Free Test
      • SMA IPA : Nilai rata-rata raport kelas XI minimal 7
      • SMA IPS : Nilai rata-rata raport kelas X dan XI minimal 7,5
      • SMK Kesehatan : TETAP TEST TULIS
    • Melengkapi Document :
1.                  Foto copy Ijasah (legalisir)
2.                  Foto copy raport SMU/SMA (legalisir)
3.                  Foto copy nilai UAN (legalisir)
4.                  Foto copy Kartu Susunan Keluarga
5.                  Foto copy Surat Permandian (Baptis) bagi calon mahasiswa beragama Katolik dan Kristen
6.                  Pas foto hitam putih 3x4=3 Lembar.
7.                  Surat Keterangan Sehat Dari Dokter.

Jika ingin mengetahui lebih lanjut lagi Tentang Stikes St. Vincentius A Paulo klik link berikut ini: http://www.stikvinc.com/news/index.html

Kamis, 09 Oktober 2014

Komunikasi Terapeutik

A.   Komunikasi Terapeutik

K.Terapeutik

       Seorang perawat tidak dapat memperoleh pengetahuan tentang pasiennya, jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan yang ada pada pasiennya. Tanpa mengetahui kebutuhan unik pasien, perawat juga tidak mampu menolong kesulitan yang dihadapi pasien. Melalui komunikasi Terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai.
          Pada waktu perawat berkomuikasi terapeutik untuk pertama kalinya mungkin akan terlihat canggung, semu dan seperti dibuat-buat. Upaya awal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan pasien biasanya menghasilkan interaksi sosial singkat. Perawat sering menggunakan interaksi sosial yang masih superfisial pada awal percakapan dngan pasien sebagai fondasi menciptakan hubungan saling percaya yang lebih akrab.
Perawat-Pasien Hubungan K.Terapeutik
        Hubungan perawat-pasien tidak sekedar hubungan mutualis. Travelbee (1971) menyebut hubungan ini sebagai "a human to human relationship". Perawat menggunakan komunikasi interpersonalnya untuk mengembangkan hubungan dengan klien yang akan menghasilkan pemahaman tentang klien sebagai manusia yang utuh. Hubungan ini difokuskan pada tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan klien.
      Rogers (1961) merupakan orang yang secara intensif melakukan penelitian tentang komunikasi terapeutik. Beliu berpendapat bahwa komunikasi terapeutik bukan merupakan apa yang dilakukan seseorang, tetapi bagaimana seseorang melakukan komunikasi itu dalam berhubungan dengan orang lain. Rogers mengidentifikasi ada tiga faktor mendasar yang menciptakan hubungan yag saling membantu, yaitu :
1.  pertama, pembantu harus memahami sebenar-benarnya tentang siapa dirinya 
2.  kedua, pembantu harus menunjukan rasa empatinya
3.  ketiga, orang yang dibantu harus merasakan bebas untuk mengeluarkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan dirinya dalam hubungan tersebut.

B.   Karakteristik Komunikasi Terapeutik

      Aada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu keikhlasan (genuineness), empati (empathy), dan kehangatan (warmth).


1.   Genuineness
      Dalam rangka membantu klien, perawat harus menyadari tentan nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap pasien sehingga dapt belajar untuk mengomunikasikan secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien. Hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakn apa yang dia inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan secara bermakna.

2.   Empathy
      Empati merupakan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi pasien. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri pada pasien misalnya, jika dia mempunyai pengalam yang sama tentang nyeri tersebut. Sebagai perawat yang empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang kepikiran dan dialami klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (Implusive judgement)

3.   Warmth 
      Hubungan saling membantu dibuat untuk memberikan kesempatan klien untuk mengeluarkan unek-unek. suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan secara lebih mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui kebutuhan klien. kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal, penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan peganggan tangan yang halus menunjukkan rasa belaskasihan atau kasih sayang perawat terhadap pasien.



Refrensi :

   
Arwani , 2002 , Komunikasi dalam keperawatan , Jakarta : EGC .

Komunikasi Keperawatan



BAB 1

PENDAHULUAN





1.1    Latar Belakang



Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi . Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat . Salah satu kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi dengan sesama perawat yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa memgutamakan perhatian pada pengguanaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik . Kenyataannya memang komunikasi secara mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita , tidak terkecuali perawat , yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien , sesama teman, dengan atasan, dokter dan RAS. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran fungsinya dengan baik. Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya. Sebagai kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang paripurna. Sakit yang di derita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Penyebabnya bisa dikarnakan oleh proses adaptasi dengan lingkungannya sehari-hari. Misalnya saja lingkungan di rumah sakit yang sebagian besar serba putih dan berbeda dengan rumah pasien yang bisa beraneka warna. Keadaan yang demikian menyebabkan pasien yang baru masuk terasa asing dan cenderung gelisa atau takut. Tidak jarang pasien membuat ulah yang bermacam-macam, dengan maksud mencari perhatian orang di sekitarnya.


1.2    Rumusan Masalah

      1)      Apa yang di maksud dengan komunikasi keperawatan?

      2)      Apa saja model-model komunikasi dalam pelayanan keperawatan ?

      3)      Apa saja macam-macam jenis komunikasi dalam keperawatan  ?

      4)      Apa tujuan dari komunikasi dalam pelayanan keperawatan?

      5)      Bagaimana penggunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan?



1.3    Tujuan

      1)      Menjelaskan tentang pengertian komunikasi dalam keperawatan.

      2)      Menjelaskan model- model komunikasi dalam pelayanan keperawatan.

      3)      Menyebutkan jenis-jenis komunikasi dalam pelayanan keperawatan.

      4)      Menjelaskan tujuan dari  komunikasi dalam pelayanan keperawatan .

      5)      Mampu menerapkan cara penggunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan .



1.4    Manfaat

   1)      Agar mahasiswa memahami komunikasi dengan baik dan dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

    2)      Mahasiswa dapat memperdalam ilmu tentang komunikasi yang baik dalam dunia keperawatan sehingga dapat menerapkannya dalam pelayanan keperawatan.





BAB 2

TINJAUAN TEORI





2.1 Definisi

            Komunikasi memiliki banyak definisi. Dimana masing-masing pengertian tersebut diambil berdasarkan pendapat atau pengalaman serta latar belakang dari ahli-ahli yang bersangkutan. Komunikasi diartikan baik secara khusus dengan mengaitkan pada kondisi tertentu seperti komunikasi keluarga, komunitas, psikologi, manajemen, maupun komunikasi dalam keperawatan. Definisi para ahli antara lain:

1)      Menurut Kalvin dan Brommel (1986) memberikan makna komunikasi khususnya komuikasi keluarga sebagai suatu proses simbolik, transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan pengertian dalam keluarga.

2)      Menurut McCubbil dan Dhal (1985) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat. 

3)      Menurut Johnson (1981) komunikasi secara sempit diartikan sebagai pesan yang dikirim sesorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.

4)      Menurut Harold Koont dan Cyril O’Donell, komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak yang ditransfer dan harus dimengerti oleh penerima.

5)      Menurut  William Ablig, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu.

6)      Menurut Dr. Phill Astrid Susanto komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti.

7)      Menurut Human Relation at Work, Keith Davis komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang keorang lain.

8)      Menurut Drs. Onong U. Effendi, MA komunikasi mencakup ekspresi wajah sikap dan gerak-gerik suara kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telefon dan lain-lain.



Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, informasi, ide, pikiran, fakta dan pendapat untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media dengan menyertakan kode atau lambang-lambang agar lebih mudah dimengerti oleh lawan komunikasi.



2.2 Model Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan

            Sejauh ini terdapat ratusan komunikasi yang telah dibuat para pakar. Kekhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut. Pradigma yang digunakan, kondisi teknologi, dan perkembangan zaman yang melingkunginya. Kita akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut, khususnya model-model yang sangat popular, yaitu :

2.2.1        Model Stimulus-Respons (S-R)

Model Stimulus-Respons adalah komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian yang kita alami selalu terdapat stimulus dan respon. Kejadian yang ada menuntut kita untuk menerjemahkan kedalam proses pikir kita berupa proses belajar dengan menggunakan komunikasi intrapersonal dimana dalam jiwa manusia terdiri atas kumpulan bermacam-macam tanggapan yang terbentuk karena adanya stimulus dan respon. 
Stimulus Respons (S-R)

Kebutuhan akan pemenuhan sebuah tuntutan tersebut menjadikan seseorang mengadakan suatu interaksi yang mendorong individu untuk melihat apakah ada perbedaan yang nyata atau tidak antara kebutuhan dari suatu situasi dan sumber daya dari seseorang baik biologis, psikologis, atau system soasial dan dari sinilah awal timbulnya suatu ketegangan, dimana penyebab ketegangannya adalah suatu kejadian atau rangkian peristiwa yang terjadi. Klien yang mendengar akan dilakukan pemeriksaan fisik oleh karena penyakitnya, dia akan bertanya-tanya alat yang digunakan itu apa, bagaimana caranya, apa yang dilakukan, dimana tempatnya, berapa biayanya, siapa yang melakukannya, dan sebagainya. Kegiatan atau keadaan yang dialami tersebut direspon sebagai ancaman atau sesuatu yang membahayakan diri klien sehingga menimbulkan perasaan tegang yang disebut stressor.

Respon tersebut melibatkan berbagai komponen dalam diri manusia yang berfokus pada dua komponen yang saling berkaitan, yaitu komponen psikologis yang melibatkan perilaku pola pikir dan emosi  dan komponen fisiologis yang melibatkan peningkatan rangsangan tubuh seperti jantung berdebar, sakit perut, berkeringat, dan lain sebagainya. Respon Psikologis dan Fisiologis seseorang terhadap stressor disebut Strain. Model Stimulus-Respons yang melibatkan stressors dan strains ditambah dengan sebuah bentuk hubungan yang penting karena hubungan antar seseorang dan lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi dan bertindak untuk memenuhi tuntutan yang harus dipenuhi.

Proses ini melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut Transactions, antara seorang dan lingkungannya, dimana keduannya saling mempengaruhi satu dan yang lain. Contohnya seseorang yang terjebak dalam kemacetan dan terlambat untuk suatu appointment terus melihat jamnya, terus membunyikan klakson mobilnya, dan menjadi semakin marah setiap menitnya. Model ini menggambarkan bahwa seseorang akan memulai sesuatu karena ada kebutuhan atau keinginan yang harus dipenuhi, sekalipun kebutuhan yang sangat primitive, Kesan non verbal menjadi dasar seseorang bereaksi.

Pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan respon tanggap bagi seseorang yang diawali adanya kesadaran stimulus yang masuk kepanca indra (sensasi) dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia sebagai penopang hidup merupakan stimulus bagi orang yang tergerak untuk bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan dan dikehendaki sehingga timbul reaksi untuk mencapai tujuan. Bila stimulus yang datang baik, maka akan direspon baik sebaliknya bila stimulus yang datng negative, maka akan direspon negative sehingga dalam memicu sebuah stimulus dibutuhkan kesadaran yang tinggi.

Bila seorang perawat mendapati seorang klien dalam keadaan tegang, wajah murung, dan reaksi menunjukkan kesakitan akibat luka operasi yang baru dijalaninya, lalu seorang perawat menginginkan klien agar tidak kesakitan (tujuan baik) maka seorang perawat mendekat dan bertanya, “apa yang membuat bapak tampak tegang dan bereaksi seperti orang kesakitan, “ dan klien merasa kesakitan karena adanya luka operasi, perawat kan mengajari theknik menghilangkan respons nyeri serta berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti nyeri.



Selanjutnya, klien yang merasa tindakan perawat akhirnya dapat menurunkan respon nyeri yang dirasakan mengucapkan “terimakasih” atas pelayanan yang diberikan dan perawat merasa puas atas tindakannya yang bisa menurunkan respon nyeri pada klien sehingga klien tidak murung lagi, wajah tampak berseri-seri dan rileks. Kesemuaannya itu dapat kita prediksikan bahwa seseorang yang berbuat baik akan dibalas dengan kebaikan sebaliknya apa bila kita berbuat kejelekan akan di balas dengan kejelakan dan bahkan sangat menyakitkan. Demikian bisa di simpulkan bahwa dalam model S-R hanya di butuhkan 2 instrumen yaitu Perawat-Klien atau Klien-Perawat. Itulah pola S-R.



2.2.2        Model Aristoteles

Model ini adalah model komunikasi yang paling klasik, sering juga di sebut Model Retoris( Rhetorical Model) yang kini lebih di kenal dengan Komunikasi Publik( Public speaking) atau pidato. Semua bentuk komunikasi public melibatkan persuasi inti dari model Aristoteles ini sebagai komunikasi Persuasi di mana berisi suatu anjuran untuk melakukan dan mengimplementasikan suatu kegiatan sesuai dengan isi pesan. Untuk itu harus di pesrsiapkan siapa yng menyampaikan (etos-kepercayaan pada si penyampai pesan), argument yang di persiapkan (logos,logika dalam pndapat), dan bagaiman membawa dan memainkan emosi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (pathos-emosi khalayak). Faktor-faktor yang memainkan peran dalam menetukan efek persuasi suatu pidato meliputi isi, susunannya, dan cara penyampainnya. 
Model Aristoteles

Menurut Aristoteles dalam Mulyana D (2006) mengemukkan bahwa dalam komunikasi persuasi dan perubahan perilaku merupakan tujuan yang paling utaman sehingga di perlukan perandan menyadari peran khalayak pendengan. Persuasi berlangsung melalui khalayak ketika mereka diarahkan oleh pidato itu ke dalam suatu keadaan emosi tertentu. Dengan demikian di perlukan kiat-kiat untuk bisa menarik perhatian public.

Tiga unsur utama dalam model Aristotel adalah sebagai berikut:

1)      Pembicara (speaker)

2)      Pesan ( Message)

3)      Pendengar (Listener)

Dengan demikian, model ini terkesan sangat simple dan spatis. Saat seseorang berbicara, pesannya akan berjalan kepada khalayak, dan khalayak mendengarkan.


2.2.3        Model Lasswell

1)      Who

2)      Says What

3)      In which channel

4)      To Whom

5)      With what effect

Model ini umunya digunakan dalam komunikasi massa. Sumber informasinya didapat banyak dari media massa. Di mana banyak propaganda-propaganda yang belum tentu tingkat kebenarannya tinggi. Perlu adanya pakar-pakar untuk menganalisa dan mengawasi yang akan di sampaikan sebelum di konsumsi publik.

Lasswell 1948, dalam Mulyana D (2006), mengemukakan tiga fungsi komunikasi : pertama, pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya dan peluabg dalam lingkungan ; kedua, korelasi berbagai bagaian terpisah dalam masyarakat yang merespon lingkungan; ketiga transmisa warisan sosial dari suatu generasi ke generasi lainnya.
Model Lasswell

Tidak semua komunikasi bersifat dua arah dengan suatu aliran yag lancar dan umpan balik terjadi anatar pengirim pesan dan penerima pesan. Dangan demikian model tersebut mengisyaratkan bahwa dari satu saluran dapat membawa pesan. Unsur sumber (who) merangsang pertanyaan mengenai pengendalian pesan (misalnya oleh  “penjaga gerbang”.) sedangkan unsur pesan (says what) merupakan bahan untuk analisi isi. Saluran komunikasi (to whom) dikaitak dengan analisi khalayak, sementara unsur pengaruh (with what effect) jelas berhubungan dengan studi mengenai akibat yang ditimbulkan pesan komunikasi massa pada khalayak pembaca,npendengar atau pemirsa.
 
 
            2.2.4 Model Shannon dan Weaver

Prinsip dari model Claude Shannon dan Warenn Weaver (1949) dalam Buku The Mathematical Theory of Communication menitik beratkan pada hal-hal yang berkaitan dengan keakuratan sebuah pesan. Prinsip tersebut mengatakan bahwa sebuah pesan yang akan di terima oleh penerima pesan sangat di pengaruhi oleh semua infrastruktur yang mendukung. Pesan akan di terima oleh penerima pesan dengan baik mana kala  semua perangkat yang mendukung memberi kontribusi baik serta berfungsi dengan baik. Model ini juga sering di sebut model Mathematis atau model teori informasi yang mempunyai pengaruh paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya.
Model Shannon dan Weaver

Untuk membuat agar informasi di terima dengan sangat akurat perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengganggu dan menghalangi keakuratan sebuah pesan yang akan di sampaikan. Dengan kata lain, model Shannon dan Weaver mengangasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan yang di komunikasikan dari perangkat pesan yang di mungkinkan.  Pemancar( transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang di gunakan.  Saluran (channel) adalah media yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima. Dalam percakapan sumber informasi ini adalah otak, transmitternya adalah mekanisme suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata terucap), yang di transmisikan lewat udara (sebagai saluran).

Penerima melalui mekanisme pendengaran melakukan operasi sebaliknya yang di lakukan transmitter dengan merekonstruksi pesan dari sinyal. Sasasran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu. Untuk memproduksi sinyal yang baik, otak yang sebagai sumber informasi harus mampu memersepsikan isi pesan sesuai dengan tujuan dan harapan isi pesan tersebut. Hal tersebut di lakukan agar transmitter yang akan menangkap pesan dari sumber informasi melalui bahasa verbal yang diucapkan melalui mulut atau memindahkan isi pesan dalam bentuk sinyal kesaluran untuk di transmisikan atau di rambatkan pada penerima pesan dan di tangkap oleh otak penerima pesan yang merupakan sasaran utama. 

            2.2.5    Model Schramm

           Model ini memberikan gambar proses komunikasi dari yang sederhana sampaiyang kompleks. Dengan menhagadirkan tiga model yaitu: sumber(source), pesan(message), dan sasaran(destination). Dari ketiga perangkat tersebut proses komunikasi sudah mampu di jalankan dengan baik oleh karena sudah terjadi pemindahan sinyal dari sumber pemberi sinyal ke sasaran yang itu penerima sinyal. Model ini terkesan sangat sederhana sejkali karena hanya berorentasi pada penyampaian sinyal saja, tanpa memperhatikan sisi lainnya dan mengesampingkan unsur lainnya, yang terpenting inti sinyal sudah di komunuikasikan pada sasaran. Model ini mirip dengan model yang di gagas oleh Aristoteles. Sumber bertindak juga sebagai pemberi pesan(encoder) dan sasaran(destination) bertindak sebagai penerima pesan(decoder).
Model Schramm

Dalam perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hana di transmisikan ke sasaran saja, melainkan juga membutuhkan kesamaan bidang, pengalaman(field of experience) sehimgga dari model yang sederhana tersebut di kembangkan lagi menjadi model yang kedua dengan menambah unsur bidang pengalaman. Agar sebuah pesan dapat di terima oleh penerima pesan dengan baik, maka pesan yang telah di kirimkan ke penerima pesan sesuai dengan apa yang di sampaikan. Semakin luas bidang pengalaman, maka semakin efektif hasil yang di peroleh dalam proses komunikasi.

Seorang Mahasiswa Keperawatan yang akan megomunikasikan sebuah tindakan keperawatan semestinya tidak menggunakan bahasa-bahasa medis pada pasien. Sebisa mungkin bahasa yang digunakan bahasa yang sederhana namun tidak mengurangi arti dari bahasa tersebut, sebagi contoh untuk melakukan pemeriksaan fisik dengan pengukuran suhu badan semestinya seorang siswa cukup mengatakan kepada klien dengan “ Mari Bu, Kami periksa panas badannya dengan menggunakan alat ini, yang di letakkan di ketiak ibu!”. Coba kita bandingkan bagaimana perasaan pasien ketika mahasiswa berkata “ Mari Bu, Kami observasi suhu badannya!”. Sekilas hal tersebut tidak begitu masalah, akan tetapi bagaimana pun tingkat pemahaman pasien menjadi rujukan ketikan petugas kesehatan berkomunikasi dengan masyarakat awam atau pasien.

Hal itu di karenakan bidan pengalaman petugas kesehatan tentunya tidak sama dengan bidan pengalaman masyarakat. Hal tersebut yang harus di perhatiakan oleh petugas kesehatan. Bagaimana pun juga tujuan akhir dari proses komunikasi adalah terjadinya kesamaan bidang pengalaman antara sumber dan sasaran yang artinya persepsi dari sumber tentunya sama dengan persepsi dari sasaran.


            2.2.6    Model Newcomb

Model ini memandang komunikasi dari perspektif psikologi sosial. Dalam  pandangan model ini, pesan yang disampaikan akan di tangapi baik dan buruk tergantung bagaiman penerima pesan menganggap. Menurut Mulyana D 2007 model ini mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok yang dibuat oleh para psikolog sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut yang sering di sebut juga model ABX atau model Simetri-Newcom menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seorang lainya(B) mengenai sesuatu(X). Serta ketiganya merupakan suatu system yang terdiri atas empat orientasi, yaitu :

Model Newcomb
1)      Orientasi A terhadap X,yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus di dekati atau di hindari dan atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif)

2)      Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama

3)      Orientasi B terhadap X

4)      Orientasi B terhadap A

Hal itu dapat memberikan asumsi bahwa seseorang ketika menerima pesan terkadang ada yang menerima dengan tidak memandang siapa yang memberikan asalkan realistis, ada juga yang tidak bersikap realistis,dan cenderung destruktif walaupun pesan itu baik dan berguna. Dengan demikian pesan tersebut bisa saja di asumsikan berbalik arah hingga seseorang yang akan mengirimkan pesan kepada orang lain akan memperhitungkan juga resistensi dari penerima pesan.

Mulyan D berpendapat bahwa model ini merupakan cara lazim dan efektif  yang memungkinkan orang-orang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka model ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua orang yang di sengaja (intensional) model ini mengisyaratkan bahwa setiap system apapun mungkin di tandai oleh keseimbangan kekuatan dan setiap perubahan dalam bagian manapun dari system tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri karena ketidakseimbangan  atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan keseimbangan. Simetri di mungkinkan karena sesorang(A) siap memperhitungkan perilaku lainya (B). Simetri juga mengesahkan orientasi seseorang terhadap X. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa kita memperoleh dukungan sosial dan psikologis bagi orientasi yang kita lakukan .


            2.2.7    Model Berlo

Model ini di temukan pada tahun 1960 oleh David K.Berlo. Model ini lebih dikenal sebagi model SMCR yaitu kepanjangan dari Source (sumber),Message (pesan), Channel (saluran), Reseifer (penerima). Berlo juga menjelaskan bahwa sumber adalah pihak yang menciptakan suatu pesan dalam bentuk apapun. Pesan adalah terjemahan akan sesuatu, baik dalam bentuk bahasa ataupun isyarat. Saluran adalah lintasan yang menjadi perantara atau penghubung antara sumber dan penerima, lalu penerima adalah pihak yang menjadi objek atau tujuan komunikasi. Dalam model ini Berlo juga mengenalkan istilah penyandi (Encoder) dan penyandi balik (Decoder) dalam proses komunikasi. Encoder berfungsi menunjukkan maksud dari sumber mengenai pesan yang ingin di berikan kepada penerima. Dalam model ini Berlo juga menjelakan bahwa ada beberapa factor pribadi yang dapat memengaruhi proses komunikasi seperti keterampilan komunikasi, pengetahuan, system sosial, serta lingkungan sumber dan penerima. Salah satu kelebihan model adalah model yang tidak di batasi pada komunikasi public dan komunikasi massa saja, namun juga komunikasi antar pribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. 
Model Berlo

Model Berlo ini bersifat bersifat Heuristic atau merangsang penelitian. Dalam model Berlo, Resiver adalah penerima pesan yaitu orang-orang atau khalayak pembaca, pendengar, da penonton. Sedangkan dalam model Shannom dan Weaver, jelas terdapat perbedaan resiver identik dengan decoder yaitu menanisme pendengaran dalam suatu komunikasi langsung atau seperangkat penerima pesan, seperti pesawat telepon, radio dll yang menyalurkan pesan dari sumber kepada sasaran dalam komunikasi tidak langsung.


Sumber
Pesan
Media
Penerima
1)Keterampilan berkomunikasi
2) Sikap
3) Pengetahuan
4) Sistem sosial
5) Budaya
1)   Elemen
2)   Stuktur
3)   Isi
4)   Treatment
5)   Kode
1)  Penglihatan
2)  Pendengaran
3)  Sentuhan
4)  Senyum
5)  Merasakan
1)Keterampilan berkomunikasi
2) Sikap
3) Pengetahuan
4) System sosial
5) Budaya


            2.2.8    Model  DeFleur

Model ini merupakan suatu model perluasan dari model-model yang sudah ada, khususnya model Shannon dan Weiver, dengan menambahkan perangkat media massa( mass medium device) dan perangkat umpan balik (feetback device). Menurut DeFleur, sumber(source), pemancar(transmitter), penerima( receiver), dan sasaran(destination) adalah sebagai fase-fase yang terpisah dari komunikas massa. Sebagai contoh ketika seorang berbicara, ia akan memilih kata-kata yang menyatakan makna denotatif dan konotatif lalu merumuskan makna tersebut kedalam suatu
Model DeFleur
pesan dan kemudian mengucapkannya secara verbal atau menuliskannya sedemikian rupa sehingga berubah menjadi suatu yang dapat di dengar atau di lihat yang dapat di artikan sebagai rangsangan oleh khalayak ramai.  Fungsi receiver dalam model ini adalah penerima informasi dan menyandi balik suatu visi informasi menjadi suatu pesan. 
Dalam percakapan secara langsung atau tatap muka, receiver lebih cenderung kepada alat pendengaran manusia yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi suatu rangsangan saraf sehingga dapat berubah menjadi suatu symbol verbal yang dapat di kenal.

Menurut DeFleur, komunikasi bukanlah pemindahan suatu makna melainkan komunikasi terjadi melalui suatu operasi seperangkat komponen dalam suatu system teoritis yang konsekuensinya adalah isomorfisme di antara respons internal(makna) terhadap seperangkat symbol tertentu pada pihak pengirim dan penerima.



2.3 Macam-Macam Komunikasi

Ada 3 macam komunikasi, yaitu :

      1)      Komunikasi searah

khotbah
Disini komunikator atau pembawa berita mengirim pesannya melalui saluran atau media dan diterima oleh komunikan atau penerima berita. Sedangkan komunikan tersebut tidak memberikan umpan balik atau feedback dari penerima pesan maupun pemberi pesan

Contohnya: khotbah, ceramah dll.




      2)      Komunikasi dua arah

komunikasi dua orang
Komunikator mengirim pesan atau berita yang diterima oleh komunikan dan setelah itu di tarik kesimpulan lalu komunikan mengirimkan umpan balik atau feedback kepada sumbr berita atau komunikator.

Contohnya: berbicara tatap muka antara lain berbicara 4 mata, proses pembelajaran atau perkuliahan dll.




      3)      Komunikasi berantai

Diskusi
Komunikan menerima pesan atau berita dari komunikator kemudian disalurkan kepada komunikan kedua, dari komunikan kedua kepada komunikan ketiga dan berlanjut seterusnya. Terdapat kelemahan dalam komunikasi berantai karena kadang-kadang pesan yang disampaikan sudah tidak murni lagi atau terjadi distorsi informasi sehingga pesan dapat menyimpang dari yang sebenarnya.

Contohnya: Diskusi Kelompok tanya jawab, seminar dll




2.4 Tujuan Komunikasi

Komunikasi mempunyai beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Salaing memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial.



   1)      Perubahan sikap (attitude change)

Seorang komunikasi secara menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik positif maupun negative. Dalam berbagai situasi kita berusaha memengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

   2)      Perubahan pendapat (opinion change)

Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman ialah kemamapuan memahami pesan secara cermat sebagaimana di maksutkan oleh komunikator. Setelah memahami apa yang di maksut komunikator, maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan. Contoh: berita yang disampaikan oleh surat kabar. Informasi dapat di terima khalayak dalam waktu bersamaan, namun opini/pendapat yang muncul tiap individu berbeda-beda.

   3)      Perubahan perilaku (behavior change)

Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang, dari perilaku yang destruktif(tidak mencerminkan perilaku hidup sehat, menuju perilaku hidup sehat). Contoh: kampanye kesehatan misalnya mengenai merokok menyebabkan gangguan kesehatan.  Misalnya setelah mengikuti kampanye tersebut seorang perokok kemudia berusaha mengurangi/berhenti merokok.



2.5 Penggunaan Komunikasi Dalam Pelayanan Keperawatan

Komunikasi sangat penting dilakukan demi tercapainya kebahagiaan hidup kita. Ada 4 manfaat dan juga peranan komunikasi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia  secara umun :

1)                  Komunikasi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Artinya bahwa perkembangan kita sejak masa bayi sampai masa dewasa mengikuti pola makin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain diawali degan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi dan lingkaran itu semakin meluas seiring dengan bertambahnya usia kita. Bersamaan dengan proses itu, perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh komunikasi kita dengan orang lain.



2)                  Identitas atau jati diri kita terbentuk melalui komunikasi dengan orang lain. Ini berarti bahwa selama proses berkomunikasi dengan orang lain, sadar maupun tidak, kita akan mengamati, memperhatikan, dan mencatat dalam hati semua tanggapan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita kita menjadi sadar dan tahu bagaimana pandangan orang lain terhadap diri kita.  Pelan tapi pasti, berkat refleksi orang lain kita akan mampu menemukan seperti apa jati diri kita yang sebenarnya.



3)                  Dengan komunikasi yang benar, kita akan mampu memahami kenyataan yang ada di sekeliling kita. Juga akan mampu menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang kenyataan yang ada di sekitar kita melalui perbandingan dengan kesan-kesan yang muncul pada orang-orang di lingkungan kita.



4)                  Komunikasi mempunyai peran sebagai pembentukan sarana kesehatan mental. Kualitas komunikasi yang prima, terlebih pada orang-orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kita akan mampu menciptakan kualitas kesehatan mental kita juga. Sebaliknya, jika proses komunikasi yang di lakukan menemui berbagai kendala atau masalah, tentu saja hal ini juga akan mempunyai dampak langsung terhadap kualitas kesehatan mental kita. Kita juga menjadi cemas, frustasi, dan putus asa.



Ada pun manfaat komunikasi dalam pelayanan keperawatan :

(1)               Untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.  Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang di lakukan dalam perawatan.

(2)               Untuk mencegah adanya salah pengertian antara perawat dan klien atau pasien.

(3)               Untuk  Menumbuhkan rasa percaya pasien terhadap perawat.

(4)               Untuk membangun rasa saling membutuhkan antara pasien dan perawat.





BAB 3

PENUTUP



3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan, informasi, ide, pikiran, fakta dan pendapat untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku secara keseluruhan baik langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media dengan menyertakan kode atau lambang-lambang agar lebih mudah dimengerti oleh lawan komunikasi. Terdapat jenis-jenis komunikasi yaitu komunikasi searah, komunikasi dua arah dan komunikasi dua arah dan komunikasi berantai. Tujuan utama komunikasi adalah untuk membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. Salaing memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui, tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial. Pengunaan komunikasi dalam pelayanan keperawatan sanagatlah penting agar dalam proses perawatan dapat berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA



Hendra Priyatnanto (2012), Konsep Dasar Keperawatan  
          http://hendrapriyatnanto.wordpress.com

          Diakses pada tanggal 15 september 2014 pkl: 22.08 WIB



Hidayah Nurul (2011), Model Konseptual Keperawatan 
          Virginia Henderson http://hidayahnurul93.wordpress.com

          Diakses pada tanggal 15 september 2014 pkl: 22.20 WIB



Lukas Luji (2012), Aplikasi Model Virginia Henderson 
          http://lukasluji.wordpress.com Diakses pada tanggal 15 
          september 2014 pkl: 22.45 WIB

  
Kusnanto. 2004. Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional
          Jakarta: EGC