K.Terapeutik |
Seorang perawat tidak dapat memperoleh pengetahuan tentang pasiennya, jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan yang ada pada pasiennya. Tanpa mengetahui kebutuhan unik pasien, perawat juga tidak mampu menolong kesulitan yang dihadapi pasien. Melalui komunikasi Terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi mempersepsikan, bereaksi, dan menghargai.
Pada waktu perawat berkomuikasi terapeutik untuk pertama kalinya mungkin akan terlihat canggung, semu dan seperti dibuat-buat. Upaya awal yang dilakukan pada saat berkomunikasi dengan pasien biasanya menghasilkan interaksi sosial singkat. Perawat sering menggunakan interaksi sosial yang masih superfisial pada awal percakapan dngan pasien sebagai fondasi menciptakan hubungan saling percaya yang lebih akrab.
Perawat-Pasien Hubungan K.Terapeutik |
Rogers (1961) merupakan orang yang secara intensif melakukan penelitian tentang komunikasi terapeutik. Beliu berpendapat bahwa komunikasi terapeutik bukan merupakan apa yang dilakukan seseorang, tetapi bagaimana seseorang melakukan komunikasi itu dalam berhubungan dengan orang lain. Rogers mengidentifikasi ada tiga faktor mendasar yang menciptakan hubungan yag saling membantu, yaitu :
1. pertama, pembantu harus memahami sebenar-benarnya tentang siapa dirinya
2. kedua, pembantu harus menunjukan rasa empatinya
3. ketiga, orang yang dibantu harus merasakan bebas untuk mengeluarkan segala sesuatunya yang berhubungan dengan dirinya dalam hubungan tersebut.
B. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Aada tiga hal yang mendasar memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu keikhlasan (genuineness), empati (empathy), dan kehangatan (warmth).
1. Genuineness
Dalam rangka membantu klien, perawat harus menyadari tentan nilai, sikap, dan perasaan yang dimiliki terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap pasien sehingga dapt belajar untuk mengomunikasikan secara tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien. Hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakn apa yang dia inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan secara bermakna.
2. Empathy
Empati merupakan pemahaman dan penerimaan perawat terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi pasien. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri pada pasien misalnya, jika dia mempunyai pengalam yang sama tentang nyeri tersebut. Sebagai perawat yang empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti apa yang sedang kepikiran dan dialami klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati (Implusive judgement)
3. Warmth
Hubungan saling membantu dibuat untuk memberikan kesempatan klien untuk mengeluarkan unek-unek. suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap pasien. Sehingga pasien akan mengekspresikan secara lebih mendalam. Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui kebutuhan klien. kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal, penampilan yang tenang, suara yang meyakinkan, dan peganggan tangan yang halus menunjukkan rasa belaskasihan atau kasih sayang perawat terhadap pasien.
Refrensi :
Arwani , 2002 , Komunikasi dalam keperawatan , Jakarta : EGC .
0 komentar:
Posting Komentar